Dampak Tugas Berlebihan Pada Kesehatan Mental Generasi Z di Tengah Pandemi Covid-19

Menurut Moekijat (1998) tugas merupakan suatu pekerjaan kegiatan khusus yang dilaksanakan untuk menjangkau suatu destinasi tertentu. Generasi Z khususnya para pelajar maupun mahasiswa tentunya sudah mengetahui betul apa itu tugas. Jika kita lihat dari keterangan Moekijat (1998) bahwa tugas ini merujuk pada sebuah kegiatan khusus yang mana berarti kegiatan tersebut harus dilakukan dan dilaksanakan sebab hal tersebut sangat wajib. Tugas itu nantinya akan menjangkau suatu destinasi, yang mana menjangkau suatu destinasi ini berarti menjangkau suatu materi maupun berupa nilai yang mana apakah kita sudah paham dengan apa yang diajarkan oleh guru ataupun dosen. Di era pandemi ini, kegiatan belajar mengajar terhambat sehingga membuat para pelajar serta mahasiswa harus mau tak mau beralih ke belajar online. Yah, pembelajaran dengan berbasis online menggunakan smarthphone. Dari adanya belajar online tentunya membuat pelajar maupun mahasiswa semakin sulit. Sebab sebagian dari mereka juga belum ada yang mempunyai smartphone. Belum lagi tugas-tugas yang guru atau dosen berikan. Tentunya hal ini akan berdampak pada kesehatan mental para generasi Z. Lalu apa sih generasi Z itu? Generasi Z atau yang biasa disebut iGenerasi merupakan generasi yang sudah mengetahui internet. Mengapa begitu? Karena sejak kecil mereka sudah mengenal teknologi dan akrab sekali dengan gadget sehingga secara tidak langsung adanya teknologi sudah berpengaruh pada kehidupan mereka serta kesehatan mental mereka.

Kesehatan mental yang sering kita dengar dengan mental health. Menurut WHO, kesehatan mental merupakan kondisi dari kesejahteran yang didasari individu, yang di dalamnya terdapat kemampuan-kemampuan untuk mengelola stress kehidupan yang wajar, untuk bekerja secara produktif dan menghasilkan, serta berperan di komunitasnya. Kesehatan sesorang yang baik dalam batinnya tentunya akan merasa ketentraman pada dirinya. Sehingga dalam hidupnya bisa menghadapi segala tantangan dan rintangan dalam hidup, serta bisa menjalin hubungan baik dengan lingkungan sekitarnya. Sebaliknya jika sesorang mengalami kesehatan yang buruk maka tentunya dia tidak bisa menghadapi segala rintangan yang bertubi-tubi dalam hidupnya.

Corona Virus Disease atau Covid-19 yang meluas di Indonesia saat ini menyebabkan pemerintah menerapkan banyak kebijakan. Kebijakan-kebijakan tersebut tidak lepas dari untuk menghambat penyebaran virus covid-19 atau corona yang mulai meluas. Yah kebijakan-kebijakan itu adalah PSBB atau Pembatasan Sosial Berskala Besar serta physical distancing. Tentunya dari kebijakan itulah masyarakat dituntut untuk tetap dirumah saja bahkan juga WFH atau Work From Home. Adanya virus corona yang sudah menelan korban di Indonesia membuat Menteri Pendidikan, Nadiem Makarim meliburkan sekolah. Tidak hanya sekolah perguruan tinggi dan institut pun juga dliburkan, tentunya untuk mengurangi penyebaran virus covid-19. Meskipun sekolah diliburkan, tapi tetap menghimbau belajar di rumah dengan seefisien dan seefektif mungkin. Himbauan Nadiem Makarim pun terus berlanjut mengenai para guru dan dosen tidak hanya memberikan tugas tapi juga berinteraksi dengan pelajar dan mahasiswa selama di rumah melalui pembelajaran virtual atau daring. Para guru dan dosen juga bisa membantu pelajarnya jika kesulitan dalam mengerjakan tugas.

Namun dalam kenyataannya, para guru serta dosen justru banyak mengembankan tugas sebagai pengganti pembelajaran. Bahkan, para guru dan dosen tidak enggan memberikan tugas berat yang mana deadline nya cukup menyiksa. Namun jika hanya satu tugas saja tak apa, tapi jika berbarengan dengan tugas yang lain? Tentunya akan menjadi beban. Tak hanya itu, terkadang guru memberikan tugas di luar jam pembelajaran sehingga membingungkan siswanya. Belum lagi bagi mahasiswa yang baru masuk di perguruan tinggi tentunya akan berbentrokan dengan masa ospek dan osfaknya. Tapi di hari itu juga, mereka harus mau tak mau menyelesaikan tugas mata kuliah yang mungkin deadlinenya sungguh mepet sekali.

Dalam hal ini tentunya, pembelajaran menjadi tidak efektif dan membuat pelajar dan mahasiswa stres. Pada sudut pandang pelajar dan mahasiswa, mereka hanya diandalkan untuk belajar di rumah dan tidak memiliki pemahaman secara cukup atau bahkan terkesan tidak paham. Hal ini tentunya akan berpengaruh kepada pelajar maupun mahasiswa yang kurang cakap dalam bidang akademik. Kejadian ini nantinya akan menimbulkan dampak yang negatif. Siswa dan mahasiswa yang kebanyakan tugas akan fokus kepada menyelesaikan tugas mereka dan tidak memiliki waktu luang untuk membantu orang tua bahkan mengembangkan minat dan bakatnya. Ya karena sekolah dan perguruan tinggi diliburkan, maka ekstrakurikuler dan kegiatan ukm pun juga diliburkan. Selain itu, pemberian tugas dan ulangan secara online akan membuat pelajar dan mahasiswa curang. Mengapa? Tentunya mereka akan meminta bantuan pada salah satu keluarga mereka untuk mengerjakannya, melihat jawaban di google, serta meminta bantuan jasa penyelesaian tugas yang lagi marak saat ini.

Namun dalam segi kesehatan, pembelajaran online ini menimbulkan kesehatan mata terganggu. Mengapa? Karena mereka secara tidak langsung berkutat di depan gawai maupun laptop selama berjam-jam. Ya, jika mata kita terus-terusan berada di depan gawai dan laptop secara otomatis cahaya pada layar akan membuat mata kita jadi jenuh. Bahkan ada yang sampai merasa kepalanya pusing. Hal ini tentunya akan berdampak pada kinerja otak. Yang mana akan semakin sulit untuk menerima dan memahami materi-materi yang disampaikan. Tak hanya itu juga, mereka juga akan mengalami gangguan mental akibat stres yang berkepanjangan. Hal ini menimbulkan para pelajar dan mahasiswa akan kehilangan konsentrasi mereka dalam belajar karena terus-terusan dihantui oleh banyaknya tugas. Lalu secara langsung akan mengarah pada rasa lelah yang mereka alami karena menyelesaikan tugas yang begitu banyaknya. Bahkan diantara pelajar dan mahasiswa tidak segan-segan untuk begadang sebab deadline yang sangat dekat. Tentunya hal ini, membuat masalah tidur  mereka kurang teratur atau dapat dikatakan kekurangan tidur. Sehingga ketika pagi menjelang dan melakukan aktivitasnya lagi, energi mereka akan sedikit menurun. Secara tidak langsung keadaan ini juga akan berpengaruh pada perubahan suasana hati mereka. Ya mereka yang awalnya semangat untuk belajar di rumah, kini semakin tak semangat. Bahkan perubahan suasana mereka juga akan bisa berpengaruh pada lingkungannya. Mereka akan menjadi gampang marah pada orang tua, kesal, sedih, dsb. Jika tidak bisa diatasi masalah hal ini, maka akan menurunkan performa, semangat belajar tentunya, dan mengganggu kehidupan sehari-hari.

Oleh karena itu, cara mengatasi permasalahan ini adalah poin pertama belajar mengatur waktu dengan baik. Ya mengatur waktu dilakukan dengan mengerjakan tugas yang paling sulit terlebih dahulu. Minimal dalam sehari selesaikan satu tugas. Jika satu tugas untuk satu hari sanggup dikerjakan maka, coba untuk melakukan sehari mengerjakan dua tugas. Dengan begini tentunya dapat mempermudah menyelesaikan tugas kita.

Poin kedua dengan puasa gadget dan laptop. Puasa gadget dan laptop dapat diartikan kita berhenti sejenak dari aktivitas yang berkutat di depan gadget dan laptop atau bisa dikatakan dengan membatasi penggunaan gadget dan laptop. Ya karena kita belajar di rumah yang menjadikan kita harus mau tak mau sangat dekat dengan pengunaan internet. Secara tidak sadar kita sudah berjam-jam di depan gadget dan laptop. Dengan cara ini mata kita akan tidak terasa sakit lagi serta kepala tidak pusing lagi. Selagi berhenti dalam menggunakan gadget dan laptop, kita juga dapat mengisi waktu luangnya dengan beristirahat untuk tidur minimal 15 menit agar pikiran kita menjadi fresh.

Poin ketiga mengerjakan tugas dengan teman via online. Terkadang kita merasa keberatan atau kadang merasa tidak sanggup untuk mengerjakan tugas secara individu. Jika sebelum pandemi kita dapat dengan mudah mengerjakan tugas bersama teman di sekolah maka, saat ini kita menyelesaikannya secara mandiri. Maka dari itu, kamu bisa chatting ataupun video call bersama temanmu untuk menyelesaikan tugas. Terkadang jika kita mengerjakan tugas bersama teman secara tidak langsung kita dapat bertukar pikiran. Sehingga hal ini juga mempermudah kita jika ada sesuatu yang tidak paham.  

Poin yang kempat adalah dengan tarik napas dalam-dalam. Ya dengan kegiatan menarik napas dalam-dalam ini membuat kita secara perlahan akan meredakan amarah, kesal, sekaligus stres. Karena tarik napas dalam-dalam merupakan teknik pernapasan meditasi sederhana yang nantinya akan membuat seseorang akan lebih rileks.

Poin yang terakhir atau kelima adalah dengan mengatur waktu tidur. Untuk poin ini, orang tua harus memantau dan memastikan sang anak dari aktivitasnya. Kerap kali mereka sering begadang akibat tugas. Maka peran orang tua disinilah harus mengingatkan sang anak untuk tidur yang cukup agar tidak stress. Pastikan anak untuk selalu tidur setidaknya 9-10 jam setiap malam. Hal ini tentunya tidak luput dari untuk meningkatkan energi mereka menjelang aktivitasnya di esok hari.

Dengan demikian, sebagai generasi Z yang merupakan generasi penerus bangsa, yang mana kita harus sadar diri akan pentingnya kesehatan mental kita. Tak hanya itu, kita juga harus selalu mengerjakan tugas dengan sebaik mungkin. Jangan sampai ada tugas yang belum terselesaikan sebab hal itu akan mempengaruhi nilai kita. Jangan terlalu memikirkan tugas juga, sebab akan mempengaruhi kesehatan mentalmu. Yap, kesehatan mentalmu lebih penting daripada tugas. Jadi jaga diri baik-baik, kurangi penggunaan gadget dan laptop, hindari untuk mencari jawaban di google, istirahat yang cukup, mengatur waktu dengan baik, serta jangan mudah amarah dan stress.

 

 

 

 

 

Komentar

  1. tidur tidak nyenyak semenjak jadi maba online. mental generasi z yang menyedihkann:((

    BalasHapus

Posting Komentar